[Fanfiction-1S] Raining Morning

Sabtu, 30 Juli 2011
RAINING MORNING

Rating : General 
Genre : Romance
Real Post : 11 July 2010 --> Raining Morning on facebook
Cast : No cast. Just imagine it's you and your bias ;) 
a/n : This story is just a part of my series fanfiction : Spring Love Story. So, if you don't understand what's the beginning and what's the ending, just wait until SLS fanfiction finished ^^ hehehehehee..
Author : Moon ◕‿-
HAPPY READING ^^




Seoul, South Korea
       Pagi itu, hujan gerimis sudah membasahi tanah seoul yang dingin. Udara di luar maupun di dalam rumah akan terasa sangat dingin pagi ini. Dingin yang mulai merambat pada persendian tulang-tulang membuat orang-orang enggan keluar dari rumah atau ruangan mereka. Meskipun pagi ini, masih terlihat beberapa mobil lalu lalang di jalan raya dan satu atau dua pejalan kaki dengan menggunakan jas hujan dan payung.
       Beberapa menit berjalan, rintik-rintik hujan semakin tidak terasa. Walaupun udara dingin yang masih bertahan menyelimuti kota Seoul pagi itu. saat itu, jam menunjukan pukul 05.30 KST.  Di sebuah gedung apartemen berbintang lima yang terletak cukup jauh dari keramaian pusat kota, terlihat seorang laki-laki baru keluar dari gedung itu. dengan T-shirt yang kemudian dibalut jaket dan juga mengenakan celana training, sepertinya laki-laki berniat lari pagi di sekitar bangunan apartemen yang di dominasi oleh bunga-bunga dan pohon-pohon yang terawat.
       Suasana masih sangat sepi saat laki-laki itu mulai berlari kecil. Itu memang menguntungkan baginya. Setidaknya tidak ada orang yang akan melihatnya. Laki-laki itu berbelok ke arah jalan raya yang tidak terlalu besar. Jalan itu masih sangat sepi. Setelah beberapa kali putaran, laki-laki itu kembali berlari masuk ke lingkungan apartemennya. Berhenti sejenak untuk merenggangkan tubuhnya sehabis berlari. Dan saat itu ia melihatnya...


*************

       Sepertinya tidak ada kata kedinginan pada gadis itu. dari pagi-pagi sekali, ia terbangun dan sekarang ia sibuk berputar-putar mengelilingi pohon satu ke pohon lainnya dengan sepedanya. Ia bahkan hanya mengenakan terusan putih sebetis dan rambutnya ia biarkan tergerai. Ia mengayuh sepedanya dengan santai di antara pepohonan terawat di samping sebuah apartemen tempat ia tinggal.
       Ia tertawa pelan saat melihat anjing kecil berusaha menghindari sepedanya. Ia memang melihat anjing kecil itu, hanya saja ia ingin menggoda hewan lucu itu. mengarahkan sepedanya ke arah anjing itu, lalu beberapa centimeter dari anjing itu, ia langsung berbelok. Tiba-tiba tawa terhenti saat melihat seorang laki-laki berdiri di depan apartemen sedang memandang ke arahnya. Wajah laki-laki itu sedikit basah mungkin oleh air hujan. Ia mengenali persis siapa laki-laki itu, tentu saja. karena apartemen mereka bersebelahan. Ia memilih mengacuhkan laki-laki itu dan tetap mengayuh sepedanya. Sampai tiba-tiba laki-laki itu berjalan beberapa langkah dan berteriak ke arahnya.

*************

       Laki-laki itu hampir tidak mempercayai kalau gadis yang sedang bersepeda itu adalah ‘tetangganya’. Ia baru yakin saat gadis itu menyadari kehadirannya dan menoleh ke arahnya. Untuk sesaat, ia terpesona melihat gadis itu. gadis itu bersepeda sambil tertawa kecil, ia terperanjat melihatnya. Beberapa saat kemudian ia baru sadar. dan ia langsung memanggil gadis itu.
       “Hey!!!” serunya sedikit berteriak. Berharap gadis itu menoleh ke arahnya lagi. Dan benar saja, gadis itu berhenti mengayuh dan menoleh ke arahnya. “Ya!!! Kau sedang apa disana?” ia harus mengeraskan volumenya agar gadis itu bisa mendengarnya dari jarak yang cukup jauh.
       “aku?” gadis itu balas bertanya. Suaranya terdengar kecil.
     “untuk apa kau bersepeda hujan-hujan begini?” tanya laki-laki itu lagi dengan nada yang ia harapkan terdengar dingin, tidak peduli, acuh tak acuh atau apalah. Ia sengaja seperti itu kalau sedang berbicara dengan ‘tetangganya’ itu.
Gadis itu tidak menyahut atau mungkin lebih tepatnya ia tidak mendengar pertanyaan yang di lontarkan ke padanya. Ia berniat mengayuh sepedanya lagi.
“bagaimana kalau kau sakit?” laki-laki itu kembali bertanya sambil berkacak pinggang. Ia sedikit tidak senang mendapat perlakuan seperti itu––tidak di hiraukan–. Apalagi udara yang dingin ini mulai menganggunya. Benar-benar heran bagaimana gadis itu bisa tahan dengan dinginnya udara pagi ini. Gadis aneh.
Dan sepertinya gadis itu sedang menatapnya heran. Mengucapkan beberapa baris kata yang tidak dapat di dengar. Beberapa detik kemudian, ia mengayuh sepedanya mendekat ke arah laki-laki itu.  “aku tidak dengar kau bilang apa.” Sahut gadis itu pendek.

       Laki-laki itu mengalihkan perhatiannya sebentar seraya menarik nafas. Suasana di sekitar mereka masih tetap sama seperti sepuluh menit yang lalu. Sepi dan langit juga belum memunculkan sinar matahari pagi. Laki-laki itu maju beberapa langkah memperkecil jaraknya dengan gadis di hadapannya lalu berkata, “Bagaimana kalau kau sakit karena bersepeda saat hujan begini??!!” serunya dengan suara keras walaupun ia tahu gadis itu ada tepat di depannya dan bukan lagi berada beberapa di depannya.
       Gadis itu memiringkan kepalanya memandang laki-laki itu. wajah menyiratkan keheranan. Disisi lain, otaknya masih sedang mencerna ucapan yang keluar dari laki-laki itu. “astaga, ada apa ini? Sejak kapan kau peduli padaku?” tukasnya setelah mengerti.
       Laki-laki itu terdiam. Tidak menjawab atau sedang memikirkan jawaban yang tepat. Memang aneh sekali kenapa tiba-tiba ia peduli pada gadis itu. belum menyelesaikan acara berpikirnya, tiba-tiba gadis itu beranjak hendak mengayuh sepedanya lagi. Laki-laki itu segera menahan dengan memegang bagian belakang sepedanya. Membuat gadis itu tersentak kaget. Gadis itu menoleh ke belakang, “Hey! Kau ini apa-apaan?” bentak gadis itu.
       “Pinjami aku sepedamu.” Pinta laki-laki itu dengan senyum termanis yang pernah ia miliki. Nada suaranya terdengar lebih ringan.
       Gadis itu menyipitkan matanya sebentar, “bagaimana kalau aku tidak mau?” ia tersenyum kecut. Kakinya sudah kembali bersiap mengayuh sepadanya sampai laki-laki di sampingnya itu tetap bersikeras dan lagi-lagi menahan jalan sepeda itu.
       “kau tau laki-laki sepertiku harus banyak berolahraga? Cepat turun!”
    Gadis itu mendesah kesal, memandang sinis laki-laki itu, “lebih baik otakmu saja yang kau olahragakan.” Sahutnya sedikit mengejek lalu tertawa kecil.
       Tersenyum sajah tidak, laki-laki itu tetap menyahutkan perintah yang sama, “cepat turun!”
Gadis itu berdecak. Tidak ingin mereka kembali berdebat, gadis itu lalu turun dari sepedanya.dengan sekali hentakan, Laki-laki itu langsung menaiki sepeda itu dengan penuh senyum kemenangan. ia mengayuh berkeliling halaman di depan bangunan apartemen yang cukup luas. Gadis itu hanya mengamati laki-laki itu yang bersepeda berkeliling sambil mengeluarkan ekspresi kesal. Ia akui, walau wajah laki-laki itu lumayan menyenangkan untuk di pandang, tapi sifatnya benar-benar menyebalkan. Tepat di hadapan gadis itu, laki-laki itu menghentikan sepedanya.

       “naik!”
       “apa?”
       “wajahmu menganggu pemandangan pagi saja. cepat naik!” laki-laki tersenyum meledek.
       Gadis itu memanyunkan mulutnya. “sudah di pinjami sepeda, masih…”
      “kau mau naik sendiri atau aku yang menaikan mu?” laki-laki itu memotong ucapan gadis itu sambil turun dari sepeda.
       “Hah? Apa?” melihat laki-laki itu yang berjalan ke arahnya membuat perasaannya tidak enak. Ia langsung berseru, “aku naik sendiri!!”gadis duduk di bagian belakang sepeda. Laki-laki itu tersenyum puas dan kembali ke  sepedanya.
    “ternyata aku memang tak terkalahkan,” sahut laki-laki itu bangga lalu kembali mengayuh sepedanya.

       “Hey! Terjadi kau berat juga.” Laki-laki itu menoleh ke belakang dan menggoda gadis itu lagi dan lagi.
       “kau bilang apa?”
    “kau berat.” Laki-laki itu mengulanginya lagi dan gadis itu langsung memukul punggungnya. Ia mengerang pelan. “Ya! Kenapa kau memukulku?”
       “kau bilang apa tadi?”
       “aku bilang kau berat!” ujar laki-laki itu dan kembali mendapat pukulan dari gadis di belakangnya.
       “kalau berani katakana sekali lagi!!”
   “kau ringan seperti bulu, puas?” laki-laki itu mengalah. Ia akui pukulan gadis ini lumayan menyakitkan juga.
    Gadis itu tersenyum puas. “lebih baik begitu!” berhenti sejenak, “Kalau aku ringan, kayuh sepedanya secepat mungkin!!!!” katanya sambil mendorong-dorong punggung laki-laki itu.
       “Ya!!!”
       Gadis itu tertawa lebar.
      “Baiklah! Kita akan melaju sekarang. bersiap-siaplah, jangan sampai terbang ke belakang.” Goda laki-laki itu lagi. Ia tersenyum mendengar tawa gadis itu. lalu mempercepat gerakan kakinya mengayuh sepeda.
       Mereka bersepeda keluar dari kawasan apartemen dan mulai ke jalan raya. Rintik-rintik hujan di pagi hari itu jarang-jarang turun. Udara dingin masih tetap menyelimuti. Tapi kedua orang itu seakan melupakan dinginnya pagi dan tertawa di sela-sela kicauan burung yang mulai bangun memulai hari.

THE END ♥


Give your comment ^^
Author : Park Moonri

0 komentar:

Posting Komentar