[NEW CHAPTERED-FF/01] Fight For You

Kamis, 23 Februari 2012
FIGHT FOR YOU


Rating : General
Genre : Romance
Real Post : 23 February 2012  ---> Fight For You on Facebook
Author : Moon ◕‿-
Main cast :
^ Shim HeGi
^ Yoon DooJoon
^ Park Moonri
Other cast :
^ Nam Woohyun, Kim Jaejoong.
^ Nam Ki Joon as headmaster
^ Han Ji Hae as Shim Hegi’s friend
HAPPY READING ^^








***********************
          CheongSang High School adalah sebuah sekolah swasta yang terkenal paling elite di Seoul. Bukan karena populasi siswanya yang berasal dari kalangan atas, tetapi karena fasilitas sekolahnya yang paling lengkap di antara sekolah yang lain. Para remaja-remaja di Korea berlomba-lomba masuk ke sekolah ini. Yang paling terkenal dari sekolah ini adalah adanya klub-klub baik itu di bidang olahraga, seni dan lainnya. Di bidang olahraga itu seperti klub basket, klub renang, klub sepak bola, klub badminton, klub baseball, klub taekwondo, dan masih banyak lagi. Di bidang seni contohnya yaitu klub dance, klub biola, klub vocal, klub piano, klub musik tradisional, klub lukis, klub drama, klub fashion, klub tata rias dan lain-lain. Sedangkan sisanya itu seperti klub mata pelajaran, klub bahasa asing, dan klub memasak.
          Untuk membuka klub-klub tersebut, tentunya sekolah membutuhkan biaya yang sangat banyak untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang di butuhkan. Inilah yang membuat sekolah ini terkenal elitenya. Luas sekolah itu hampir dua kali lipat dari stadium lapangan sepak bola dan jumlah muridnya telah melebihi 1000 orang. Tetapi dalam membuka klub-klub ini terdapat syarat-syarat tertentu, salah satunya adalah jumlah peminatnya yang minimal harus berjumlah 10 siswa. Dan satu siswa dapat mengikuti minimal satu klub dan maksimal tiga klub dalam satu semesternya.
          Sebagai sekolah yang besar tentunya memiliki seseorang yang sangat berpengaruh di dalamnya. Di samping kepala sekolah yang memegang kekuasaan di sekolah ini, orang yang berpengaruh lainnya adalah ketua dari organisasi siswa di sekolah yang di sebut sebagai School Bouncil. Mereka adalah sosok siswa yang teladan tetapi juga memiliki pergaulan yang luas sehingga menjadi panutan bagi setiap siswa-siswa di sekolah itu. Ketua dari School Bouncil lah yang mengatur langsung kegiatan klub yang kemudian akan di laporkan kepada kepala sekolah setiap bulannya. Ia dapat merekomendasikan untuk membuka klub di bidang baru kepada kepala sekolah ataupun membubarkan sebuah klub yang tidak sesuai syarat. Karena itulah Ketua dari School Bouncil ini harus memiliki kebijaksanaan di samping dari prestasi dan kepopuleran. Dalam semester baru ini, seorang siswi kelas dua menggantikan posisi ketua yang lama dan naik sebagai ketua yang baru. Ialah Park Moonri. Ia di sebut-sebut sebagai tangan kanan kepercayaan kepala sekolah CheongSang, Nam Ki Joon. Anggota dari klub masak dan klub fashion ini tercatat dengan prestasinya yang mengagumkan dan kepopulerannya di antara siswa laki-laki maupun perempuan. Walau bagaimana pun baiknya seseorang, ia masih memiliki sifat yang kurang baik, yaitu sifat Agresif. Moonri terkenal dengan sifat agresifnya dalam mendapatkan laki-laki yang ia sebut-sebut sebagai ‘pangeran’nya. Tiga target ‘pangeran’ sebelumnya adalah Kim Jaejoong dari klub masakdrama, Lee Hyukjae dari klub dancesepak bola dan Yang Yoseob dari klub vocalbahasa asing. Dan targetnya sekarang adalah Yoon Doojoon, seniornya dari klub pianosepak bola. Sedangkan siswa laki-laki yang lain hanya bisa menunggu keberuntungannya sehingga terpilih menjadi ‘pangeran’ dari ketua baru mereka itu.
          Sifat agresifnya terlihat dari betapa seriusnya ia mencoba mendekati DooJoon walaupun tidak mendapat tanggapan berarti. Seperti pada saat jadwal klub masak dan klub piano pada hari yang sama, ia menyempatkan diri untuk membagikan hasil masakannya pada klub piano yang pada dasarnya di tujukan spesial untuk DooJoon, tetapi berakhir di dalam perut anggota klub yang lain. Moonri hanya bisa menggigit kain melihat tanggapan cuek seniornya itu. Terlebih saat DooJoon terlihat sedang memainkan piano dan beberapa anggota siswi klub piano itu duduk di depannya seakan Doojoon sedang memainkan piano itu untuk mereka. Dengan nekat, Moonri masuk ke dalam ruangan itu dan membuat semua siswi yang tadinya duduk dengan rapimanistidak lupa dengan senyumannya langsung menghilang dari hadapan DooJoon. Moonri langsung saja berjalan mendekati DooJoon dan menatapnya lekat bak seekor singa yang sedang menatap mangsanya. Dengan kepercayaan dirinya yang tinggi, Moonri berkata pada laki-laki di depannya itu, “Neon…naekkoya!”

***********************

          Shim HeGi sedang mengamati beberapa lembar kertas foto yang ada di tangannya. Ia sama sekali tidak memperdulikan suasana dalam kelasnya yang ribut di pagi hari itu. Matanya berbinar-binar melihat bebarapa hasil foto yang ada di tangannya. Itu semua adalah karyanya sendiri. Gadis itu memang berbakat dalam bidang fotografer. Hanya saja tidak ada klub fotografi di sekolah itu, walaupun itulah harapan terbesar HeGi.Karena terkadang ia merasa bosan dengan klub yang di ikutinya sekarang yaitu klub vocal.
          “Ya!” Salah seorang temannya mengagetkannya dari belakang. Beberapa lembar foto yang di pegang HeGi terjatuh ke lantai sementara HeGi memegang dadanya karena merasa terkejut.
          “Neo mwoya! Hampir saja jantungan.” Omel HeGi sementara ia merapikan lembar-lembar foto yang ada di atas meja.
          Temannya itu, Han JiHae hanya terkekeh kecil lalu membantu HeGi mengumpulkan lembar foto yang jatuh ke lantai. Sebelum menyerahkan lembar foto itu pada HeGi, ia menatap foto-foto itu sejenak dan berkata, “HeGi-a, kau benar-benar jenius. Foto-foto ini seperti hasil editan. Ini benar-benar kau yang memotretnya?”
          HeGi merebut foto-foto itu dari tangan JiHae kemudian langsung memasukannya ke dalam tas. “Hanya iseng saja.” Ujarnya sambil merapikan poni depannya.
          “Kenapa kau tidak meminta Moonri membuka klub fotografi saja? Pasti banyak yang tertarik. Dan lagi, hasil fotomu itu bisa di pajang lalu semua orang akan mengenalimu sebagai seorang fotografer yang jenius.” JiHae menjelaskan imajinasinya panjang lebar dan sedetik kemudian ia menyipitkan matanya menatap HeGi galak, “Tapi setelah itu jangan lupakan temanmu ini…” ujarnya mengakhiri ucapannya.
          Alis HeGi terangkat. “Memangnya bisa?”
          JiHae berdecak pelan dan berkata, “HeGi-a, kau tau bulan lalu baru saja ada klub baru di bentuk. Klub sastra. Itu karena permintaan dari salah satu siswa. Malahan Moonri membantu mempromosikan klub mereka sampai klub itu memiliki 20 peminat. Hebat bukan? Padahal sastra itu kan membosankan.” Tutur JiHae dengan ekspresinya yang berbagai ragam.
          HeGi mengangguk-anggukan kepalanya, “Ternyata ketua baru kita itu baik juga.”
          “Emmtidak juga…” JiHae terlihat sedang berpikir lalu melanjutkan, “Katanya, ada beberapa syarat atau mungkin di sebut tes.”
          “Tes? Tes apa?” Tanya HeGi.
          “Misalnya kau meminta untuk membentuk klub fotografi, jadi Moonri akan meminta bukti kemampuan fotografimu. Begitulah kira-kira yang ku dengar.”
          “Aahh…ternyata begitu.” HeGi kembali mengangguk-anggukan kepalanya.
          “Tapi tesnya mungkin terdengar simple, hanya saja…” JiHae menyipitkan matanya.
          “Hanya saja apa?”
          “Penilaiannya bisa di bilang sulit. Kau tau sendiri para ketua-ketua yang terpilih itu orang yang punya banyak kemampuan dan prestasi. Siapa tau apa yang kau anggap bagus dengan apa yang mereka anggap bagus itu berbeda. Siapa tau?”
          HeGi menghela napasnya yang terasa berat. Ia benar-benar berharap klub fotografi bisa terbentuk dan banyak peminatnya. Tapi setelah mendengar ucapan JiHae yang ada benarnya dan belum tentu syarat minimal 10 orang itu tercapai. Apalagi seorang fotografer tentunya harus memiliki kamera sendiri dan kamera itu tidak murah tentunya. Siapa yang berminat bergabung kalau harus mengeluarkan dana yang besar di awal?
          JiHae menepuk-nepuk bahu HeGi pelan. “Tidak ada salahnya mencoba. Kalau di lihat dari hasil fotomu tadi, pasti Moonri akan terkesan.”
          “Jeongmal?” Tanya HeGi penuh harap dan sebagai jawaban JiHae hanya mengangguk. HeGi kemudian mengeluarkan hasil-hasil fotonya itu dari dalam tasnya dan menatapnya sejenak. “HeGi-a, hwaiting!” Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

***********************

          HeGi menghentikan langkah kakinya di depan pintu sebuah ruangan. Ruangan yang di sebut-sebut ruangan terbesar ketiga setelah ruang kepala sekolah dan ruangan guru oleh mereka yang pernah masuk kedalamnya. Itu adalah ruangan tempat para anggota School Bouncil berkumpul untuk rapat. Dan disanalah ruangan khusus untuk Ketua dari School Bouncil mengerjakan tugas-tugasnya. Biasanya ketua berada dalam ruangannya pada saat jam istirahat atau pelajaran kosong dan tidak jarang hingga malam hari. Dengan meja yang penuh dengan bertumpuk-tumpuk dokumen, mulai dari daftar siswa yang lebih dari 1000 orang, kemudian ada dokumen-dokumen tentang detail klub di sekolah itu dan ada juga proposal-proposal event yang akan di selenggarakan maupun yang sudah terselenggara di sekolah itu. Karena itulah pekerjaan Ketua dari School Bouncil sebenarnya tidaklah mudah. Di waktu yang bersamaan mereka harus belajar dan mengerjakan banyak tugas-tugasnya sebagai ketua.
          HeGi masih terlihat ragu dengan keputusannya itu. Kalau boleh jujur, ia belum pernah bertatap muka dengan Moonri. Hanya pernah melihatnya dari jauh ataupun sekilas. Untuk pertemuan pertama, ia membayangkan Moonri yang menatapnya dari atas sampai bawah dengan tatapan tak menyenangkan. Atau Moonri akan menanyakan banyak hal padanya sampai ke urusan pribadi. Atau mungkin Moonri malah bersikap cuek padanya karena ia tau tugas sebagai ketua itu sangat banyak. Tapi akhirnya setelah berdiri tanpa melakukan apa-apa di depan pintu selama beberapa menit, HeGi memberanikan diri untuk mengetuk pintu tersebut.
          “Silahkan masuk.” Terdengar samar-samar oleh HeGi suara Moonri dari dalam ruangan itu. Dengan segala keberanian yang ia kumpulkan hanya dalam beberapa detik, tangannya bergerak membuka pintu dan melangkah pelan memasuki ruangan itu. Pada langkah kedua kakinya terhenti. Inilah pertama kali ia masuk ke ruangan School Bouncil yang terkenal itu. Ruangan tempat ia menapakkan kakinya sekarang itu hampir tiga kali lebih luas dari ruang kelas biasa. Satu meja panjang yang di gunakan sebagai meja rapat berada di tengah ruangan. Ruangan itu memiliki sebuah pendingin ruangan dan dispenser. Dinding-dindingnya terpajang foto-foto para ketua School Bouncil sebelumnya. Sebuah lemari di sudut ruangan berisikan piagam dan piala yang pernah di dapatkan oleh para ketua School Bouncil. Meja untuk ketua terletak di dekat jendela besar yang menghadap ke taman belakang sekolah. HeGi hampir tidak mengedipkan matanya melihat sekeliling ruangan itu. Benar-benar ruangan yang nyaman.
          “Ada sesuatu yang ingin di katakan?” Moonri membuka suara terlebih dahulu karena melihat HeGi yang mematung memandangi ruangan itu.
          HeGi tersadar dari kekagumannya dan menatap Moonri yang tepat beberapa meter di depannya. Moonri terlihat sedang berkutat dengan beberapa lembar kertas di atas mejanya. HeGi berjalan pelan mendekat ke meja Moonri. Angin musim dingin menyambutnya dari jendela besar yang sedang di buka dan membuat poni depannya sedikit berantakan. Sepertinya Moonri lebih suka menggunakan pendingin alami.
          “Kau…Shim HeGi?” Tanya Moonri dengan mata di sipitkan.
          “Ne?” HeGi merasa terkejut mendengar Moonri memanggil namanya tapi kemudian ia mengangguk pelan. “Ne, HeGi-yeyo. Kau mengenalku?”
          “Sebagai ketua, aku harus mengenal semua siswa di sini. Dan tentu saja aku mengenalmu, kita satu angkatan bukan?” Jawab Moonri sambil tersenyum. Moonri tidak mengatakan kalau ia pernah bertemu dengan HeGi beberapa kali saat sedang kegiatan klub. Tentu saja, gadis di hadapan Moonri ini satu klub dengan ‘mantan pangeran’ Moonri, Yoseob.
          “Aahh..benar juga.”
          “Lalu, ada sesuatu yang ingin kau katakan? Biasanya orang-orang yang datang kesini pasti ingin menyampaikan banyak hal. Mulai dari cerita-cerita curhatan mereka, usul-usul mereka, dan permohonan mereka. Bagaimana denganmu, HeGi-ssi?” Tanya Moonri sekali lagi.
          HeGi baru menyadari cara berbicara Moonri yang mempunyai aura atau bisa disebut kharisma tersendiri yang membuatnya tidak bisa berbicara seleluasa dan sesantai ia berbicara dengan temannya, walaupun sebenarnya Moonri seangkatan dengannya.
          “Begini…aku ingin mengajukan satu usul.” HeGi memulai kalimat pertama dari topik sebenarnya yang ingin di sampaikan.
          “Duduk dulu baru kau lanjutkan pembicaraan usulmu itu.”
          HeGi duduk di kursi dan baru menyadari kalau kursi itu lebih nyaman dari kursi yang ada di kelas. Ia bisa saja berada disini untuk berjam-jam kalau ia bisa. “Bagaimana kalau sekolah ini membentuk klub fotografi?”
          “Fotografi?”
          “Ne. Aku kesini untuk memintamu membentuk klub fotografi sekaligus membantu agar bisa menarik peminat yang banyak. Ku dengar, jika ketua yang membantu mempromosikannya, semua siswa baru bisa tertarik.”
          “Geurae? Tidak juga. Aku hanya membantu dan urusan terakhirnya ada di pilihan masing-masing siswa. Tapi kalau kau meminta, aku bisa saja membantu. Tapi…”
          “Tapi harus melewati sebuah tes?” HeGi memotong pembicaraan Moonri karena ia merasa tau apa yang akan dikatakan Moonri selanjutnya.
          Moonri menjentikkan jarinya. “Bingo! Kelihatannya semua siswa sini sudah tau bukan?” ujar Moonri.
          HeGi hanya bisa tersenyum kaku. “Lalu, tes seperti apa itu?”
          “Eemmaku tidak bisa memberi tesnya sekarang. Karena aku harus memikirkan tes apa yang paling cocok. Kau bisa kembali lagi besok. Bagaimana?”
          “Tentu saja. Aku akan mempersiapkan diri. Geureom…” HeGi berdiri dari duduknya dan memberikan seulas senyum sebelum ia berjalan keluar dari ruangan.
          Sepeninggalannya HeGi, Moonri berdiri dan berjalan ke arah jendela. Ia bisa melihat para siswa yang sedang berada di taman belakang. Ia mencoba mengenali satu-persatu siswa yang ada disana. Walaupun susah, tapi itu tugasnya. Tapi lama-kelamaan, Moonri sudah bisa mulai mengingat semua siswa di sekolahnya. Tentu saja itu tidak mudah untuk mengenali siswa yang lebih dari 1000 orang itu. Beberapa orang melambai ke arahnya dan Moonri membalasnya dengan senyuman. Setelah menyapu seluruh pandangannya pada taman belakang sekolahnya, ia akhirnya berhasil menemukan sosok yang ia cari. Yoon DooJoon. Laki-laki itu sedang membaca buku dengan tenang di bawah sebuah pohon. Moonri menarik napas dalam-dalam seraya menyunggingkan senyumannya. Ia bahkan berpikir ia bisa saja berdiri di tempatnya sekarang tanpa melakukan apa-apa dan hanya memandangi wajah ‘pangeran’nya itu.

***********************

          Jam pelajaran sekolah telah usai pada jam 2 siang dan setelah itu di lanjutkan dengan kegiatan klub masing-masing siswa. Untuk kegiatan klub bidang olahraga di lakukan di gedung sebelah yang merupakan gedung olahraga yang luas. Sedangkan untuk klub di bidang seni dan lainnya menggunakan ruangan di lantai tiga dan empat. Kegiatan klub itu berlangsung sampai jam 5 sore tetapi bisa di perpanjang hingga malam tiba.
          HeGi yang sudah selesai meletakkan buku-buku dan barang lain yang tidak di gunakan selama kegiatan klub ke dalam lokernya. Ji Hae di sampingnya terus mengoceh tidak jelas tentang kekesalannya pada seorang guru yang membentaknya tadi saat di kelas. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang klub vokal. Saat melewati ruangan klub masak, mereka berpapasan dengan Moonri. Tanpa di komando, kedua orang itu langsung memberi senyuman sebagai tanda menyapa dan di balas oleh Moonri.
          “HeGi-a, bagaimana dengan rencanamu itu? Tes apa yang di berikan oleh ketua itu?” Tanya JiHae setelah mereka berjalan agak jauh dari ruangan klub masak tadi.
          “Molla. Dia bilang dia harus memikirkannya dan menyuruhku untuk menemuinya lagi besok.” Jawab HeGi.
          “Geurae? Bagaimana sikapnya tadi?”
          “Seperti katamu, semua ketua itu adalah orang-orang yang terpilih karena kemampuan mereka. Sikapnya, cara bicaranya, dan segala-segalanya memang seperti orang yang terpelajar. Dan lagi, ruangannya itu nyaman dan luas sekali…” HeGi berhenti sejenak kembali mengagumi setiap senti dari ruangan itu kemudian berputar cepat melihat ke arah Ji Hae. “Ruangannya bahkan lebih luas dari kamarku sendiri. Wah, pasti rasanya senang sekali menjadi seorang ketua.” Sambungnya.
          “Pantas saja banyak yang bilang kalau siswa-siswa disini suka bercerita dengan Moonri tentang hal-hal yang tidak jelas. Sebenarnya tujuan mereka hanya untuk berada di ruangan itu. Kapan-kapan aku ingin coba masuk ke sana.” Ujar Ji Hae kemudian ia mengangkat tangan kiri dan melihat jam yang menghiasi pergelangan tangannya itu. “Sebaiknya kita lari atau aku hari ini akan mendapat dua masalah dengan dua guru yang berbeda.”

***********************

          Moonri tersenyum puas melihat kue hasil buatan tangannya sendiri. Tema masak hari ini adalah pudding dan Moonri membuat Crémé Brulee, pudding ala Prancis. Aroma puddingnya tercium begitu wangi membuat anggota klub yang lain ingin mencoba pudding buatan ketua mereka itu. Hanya saja seperti biasa, Moonri akan memberikan masakannya pada DooJoon. Ia memang tidak pernah bosan-bosannya memasak untuk DooJoon walaupun ‘pangeran’nya itu tidak pernah menyentuhnya sampai saat ini. Saat seorang anggota klub bertanya kenapa, Moonri hanya menjawab, “Untuk mendapatkan sesuatu, yang dibutuhkan adalah usaha dan pantang menyerah.”
          “Emm, kelihatannya lezat sekali pudding buatanmu ini, nona Park” Seorang laki-laki tiba-tiba muncul di samping Moonri yang sedang menyempurnakan penampilan pudding-nya itu. Laki-laki itu adalah Kim Jaejoong, mantan ‘pangeran’ Moonri yang memang adalah pangeran dari klub masak. Senyum manis dari Jaejoong adalah hal pertama yang membuat Moonri tergila-gila. Tapi tidak lagi untuk saat ini. Walaupun Moonri mengakui masih menyukai senyum manis dari mantan ‘pangeran’nya itu.
          “Kau terlambat, Kim Jaejoong. buatanku ini sekarang bukan untukmu lagi.” Sahut Moonri yang masih fokus dengan  kegiatannya. Seperti saat ini, Moonri juga melakukan hal yang sama saat ia masih tergila-gila dengan sang pangeran. Ia membuatkan Jaejoong segala jenis kue yang ia bisa dan Jaejoong memakannya dengan senang hati. Tapi ternyata di balik sikap manis Jaejoong itu, ia telah mempunyai kekasih yang berasal dari sekolah lain. Ini membuat Moonri mogok belajar tetapi untung saja tidak sampai menelantarkan tugas-tugasnya. Karena bagi Moonri, tugasnya adalah tanggung jawab terpenting. Karena itu pelajarannya sempat menurun. Tapi tidak lagi setelah ia jatuh hati ‘lagi’ pada dancer terbaik sekolah mereka, Lee Hyukjae.
          “Ah, padahal aku merindukan kue buatanmu yang manis-manis seperti pembuatnya.” Jaejoong mengedipkan sebelah matanya berharap Moonri mau memberikan pudding itu kepadanya.
          Moonri melangkah mendekat dan menatap Jaejoong dengan tatapan tidak senang. “Si..kkeu..reo!” Ujarnya mantap membuat Jaejoong tersentak kaget. Moonri membawa kuenya di tangannya dan sebelum melangkah pergi ia kembali menatap Jaejoong yang masih tidak terdiam. Ia menghela nafasnya pelan dan berkata, “Kau duluan yang menolakku…”
Setelah meminta izin dari guru yang mengajar di klub masak itu, Moonri keluar dari ruangan klub masak. Jaejoong hanya bisa melihat punggung gadis itu tanpa melakukan apa-apa. Moonri berjalan dengan langkah ringan menuju ruangan klub piano yang berada di ujung koridor dekat tangga. Pudding buatannya di pegang dengan kedua tangannya dan sesekali ia menikmati aroma dari pudding-nya itu. “Dia pasti tidak akan menolak kali ini.” Ucapnya dengan penuh keyakinan.
          Moonri telah berdiri di depan ruangan klub piano. Untuk sejenak ia menatap ke dalam ruangan, mencari di mana keberadaan DooJoon. DooJoon terlihat  duduk di sudut ruangan dengan buku di tangannya. Sepertinya guru yang mengajar tidak datang dan itu berarti kesempatan yang bagus untuk Moonri. Moonri langsung saja membuka pintu dengan percaya diri. Semua orang di dalam ruangan itu tersentak dan menghentikan kegiatan mereka begitu melihat ketua mereka memasuki ruangan terkecuali yang duduk di sudut sana.
          Beberapa orang terlihat berdiri dan menyapa si ketua yang masih berdiri dengan manis di depan pintu. Moonri membalas sapaan mereka dan langsung berjalan ke tempat DooJoon. Perempuan lain di ruangan itu hanya bisa menggigit bibir karena tau tidak mungkin untuk bersaing dengan Moonri. Sedangkan laki-laki yang lain hanya bisa duduk diam menyaksikan dengan tatapan iri. Seperti yang bisa di lihat, kalau Jaejoong adalah pangeran dari klub masak, maka DooJoon adalah pangeran dari klub piano.
          “DooJoon sunbae, annyeong” Sapa Moonri pada DooJoon dengan senyuman yang ia harap dapat membuat DooJoon jatuh hati padanya.
          DooJoon mengangkat kepala menatap Moonri, “Oo, kau datang?” Ia sudah tidak terkejut lagi melihat kedatangan Moonri seperti saat pertama kali Moonri mendatanginya.
          “Aku membuatkanmu pudding. Ini pudding terbaik yang pernah ku buat, tentu saja hanya untuk sunbae.”
          DooJoon memerhatikan pudding itu beberapa saat. “Kelihatannya enak, Gomawo. Letakkan saja di meja. Aku akan memakannya nanti.” Jawaban yang sama terlontar dari mulut DooJoon. Jawaban itu memiliki arti kedua yaitu, letakkan saja di meja nanti pudding itu akan habis sendiri oleh manusia-manusia lain yang ada disini. Moonri menghela nafas.
          “Bagaimana kalau kali ini Sunbae memakannya di depanku? Atau Sunbae ingin suapan pertama dariku?” Moonri masih dengan sabar bertanya dan menyunggingkan senyumnya.
          “Tidak sekarang. Aku ingin menyelesaikan bacaanku.” DooJoon menjawab singkat dan kembali fokus dengan bukunya.
          Raut wajah kecewa tergambar jelas di wajah Moonri. Dengan terpaksa ia hanya meletakkan pudding itu di meja. “Tapi Sunbae janji akan menghabiskannya sendiri??” Moonri menekankan kata sendiri yang sebenarnya adalah sindiran halus. Dan sebagai jawaban DooJoon hanya mengangguk.
          Moonri menghela nafas lagi. “Baiklah, sampai bertemu lagi Sunbae.” Dengan langkah berat ia berjalan keluar. Sementara siswa lain di ruangan itu mengeluarkan ekspresi mereka yang berbeda-beda. Ada yang ikut kecewa, ada yang hanya menggeleng-geleng kepala, ada yang merasa senang melihat penolakkan halus itu dan ada juga yang sudah siap menyantap pudding yang di bawa oleh Moonri.
          Keluar dari ruangan itu, Moonri masih mencoba menunggu dan mengintip dari jendela melihat apakah DooJoon menyentuh pudding itu atau tidak. Tapi apa yang ia lihat adalah, para gadis mulai mendatangi DooJoon dan terlihat mereka melontarkan begitu banyak pertanyaan pada sang pangeran. Moonri mengacak-ngacak rambutnya dan berjalan menjauh.
          “Mwo? Letakkan saja di meja? Ingin menyelesaikan bacaan? Ck,” Moonri berkacak pinggang dan menghela napas kesal. “Beruntung sekali mereka yang bisa setiap hari melihat DooJoon Sunbae.” Moonri kembali berjalan lagi menuju ruangan semulanya. Selangkah, dua langkah, tiga langkah… “ Tunggu!” Moonri berhenti lagi dan berseru pada dirinya sendiri. “Melihat setiap hari?” Sedetik kemudian ia tersenyum penuh rasa bangga menyadari kecerdasan otaknya saat itu. Ia baru saja mendapat sebuah ide!

***********************

          HeGi baru akan mengetuk pintu, tetapi pintu ruangan si ketua itu tiba-tiba terbuka. Moonri berdiri di hadapannya dengan senyuman di wajahnya seakan ia sedang menyambut HeGi. HeGi mengerutkan keningnya.
          “Annyeong, HeGi-ssi!” Moonri melambaikan tangannya membuat kening HeGi semakin berkerut. “Silahkan masuk!”
          “N-Ne..” Dengan kepala yang di penuhi kebingungan, HeGi masuk ke dalam ruangan itu dan Moonri langsung menutup pintu. Moonri bergegas duduk di tempatnya.
          “Silahkan duduk!”
          “Ne..” HeGi duduk dengan patuh tetapi matanya berdelik ke kanan dan ke kiri menjaga-jaga akan adanya sesuatu yang terjadi padanya.
          “Kau kesini masih dengan tujuan yang sama bukan?” Moonri memulai perbincangan.
          HeGi hanya mengangguk kecil.
          “Baiklah. Sebenarnya aku sudah tau tes seperti apa yang cocok denganmu. Kalau tes ini sukses, bukan hanya klub fotografi akan di buka, tetapi aku akan mempromosikan klub fotografi dan membuka pameran hasil foto kalian setiap akhir bulan, bagaimana menurutmu?”
          “Nde?” HeGi membelalakan matanya. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Pameran? Astaga, ia kini sedang membayangkan orang-orang datang melihat hasil foto-fotonya dan memuji atas kecerdasannya dalam bidang fotografi. Ia yang ia impikan selama ini. Tetapi tetap saja, apakah yang ia dengar itu benar?
          “Klub fotografi ada, promosi dan pameran. Kau tidak mau?” tanya Moonri sekali lagi. “Tentu saja aku tidak pernah mengingkari perkataanku.” Moonri meyakinkan.
          “Bagaimana kalau aku tidak lulus tes?”
          “Tentu saja klub fotografi tidak jadi di buka. Tapi tenang saja, HeGi-ssi. Tesnya tidak sesusah yang kau bayangkan. Bagaimana?”
          “Baiklah, aku setuju. Apa itu tesnya?”
          “Kau harus mengambil foto-foto yang bagus, gampang kan?”
          “Foto apa?” HeGi bertanya tidak mengerti.
          “Harusnya kau bertanya foto siapa bukan foto apa.” Ujar Moonri.
          “Maksudmu? Objek fotonya adalah orang?”
          “Iyap !”
          HeGi berpikir sejenak. Jika objeknya adalah orang mungkin tidak terlalu susah. Setidaknya Moonri tidak memintanya untuk mengambil foto air terjun terindah di dunia atau binatang terlangka di dunia atau bahkan yang lebih parah foto bintang jatuh. HeGi merasa sedikit percaya diri untuk melewati tes ini. “Lalu siapa yang harus ku foto?”
          “DooJoon, Yoon DooJoon.” Sahut Moonri dengan keyakinannya yang kuat.
          “NDE?!”


-TBC-



Give your comment 
Author : Park Moonri
Contact : @Moonri950418 on Twitter , Moon-Fanfiction on Facebook and Ask on tumblr

0 komentar:

Posting Komentar